Rabu, 06 Juli 2011

When I Fall in Love (Part II)

Aku duduk sendirian didalam apartment gelap dan temurah dikota ini, mataku menatap kosong keluar jendela, kenangan-kenangan bersama Danish selalu membayangi hari-hariku. Tiba-tiba cellphone butut yang selalu menemaniku berdering dari dalam saku jeans yang kupakai tadi siang. Harry's calling, aku menarik nafas panjang sebelum mengangkat telpon.
"Jane baby, where are you? are you ok?" suara Harry tampak khawatir
"i'm good, don't worry about me baby!"
"kau harus cepat kembali kesini, kami sangat mengkhawatirkan keadaanmu, sudah hampir satu bulan kau menghilang."
"Tenang saja, kau tak akan mendapat kabar seorang gadis bernama Janet Robbert, tewas ditumpukan sampah."
"Yah, aku tau itu! kau tak akan memilih tewas ditumpukan sampah, kau lebih cocok tewas gantung diri karena putus cinta."
"Setidaknya aku belum berpikiran seperti itu sekarang, kau harus menjaga Ed untukku, okay?"
"Aku akan terlebih dahulu menculik dan menyiksamu seperti di SAW Movie, jika kau berpikiran untuk melakukan hal itu, Ed sangat khawatir dengan keadaanmu!"
"Kau tak akan tega, yah aku tau itu! katakan padanya, aku mencintainya, aku harus tidur sekarang mataku sudah sangat berat."
"Kau tau kami sangat merindukanmu, kau harus menjaga kesehatanmu disana. Tentu aku akan menyampaikannnya pada Ed, tidurlah dengan nyenyak, good night."
"Good night Harry." Kami menutup telpon.
Sangat senang rasanya mendengar suara Harry, aku sangat merindukannya. Dia adalah sahabat dekatku. Sahabat yang paling mengerti aku, sahabat yang paling setia menemani dan mendengar keluh kesahku.
Aku masih ingat pertama kali aku bertemu dengannya adalah ketika aku menginjak sekolah tingkat sembilan, dia adalah murid pindahan. Yang aku dengar, dia sering berpindah-pindah sekolah karena pekerjaan orang tuanya. Dia adalah laki-laki yang tampan dan sangat ramah. Yang paling menarik perhatian diwajahnya adalah kedua lesung pipi yang membuat senyumnya sangat manis. Rambutnya berwarna dark brown dan tubuhnya yang menjulang tinggi, serta suara halusnya masih teringat jelas diotak ku. Tetapi setelah hampir satu bulan aku menjadi teman satu kelasnya, dia mulai menunjukan sikap playboynya. yah Harry sitampan yang playboy. Dia bukan tipeku, aku tetap setia pada cinta lamaku Danish. Awal kedekatanku dengannya adalah ketika ayahku berulang tahun ke-42 dan membuat acara makan malam yang mengundang teman lamanya. Aku sangat repot hari itu, banyak hal yang kukerjakan salah satunya dengan  membuat strawberry pai makanan kesukaan ayahku. Ayah sudah sangat lama tak bertemu teman lamanya yang akan datang malam ini.

Malamnya, bel berbunyi,dan saat aku membuka pintu, sepasang suami istri yang tampak sebaya dengan Ed ayahku tersenyum sumringah kepadaku, dibelakang mereka berdiri sesosok laki-laki yang kukenal. Harry. Ternyata Harry adalah anak dari teman lama ayahku, cukup mengejutkan mengetahui seorang playboy dikelasku duduk satu meja makan denganku malam itu, dan yang lebih mengejutkan dia memuji masakan ku sangat enak, aku tau itu adalah salah satu trik Harry. Mereka adalah keluarga yang humoris, sepanjang malam aku tak berhenti tertawa mendengar cerita ayah dan ibu Harry.





lanjut------>tomorrow, penulis sedang galau dan mengantuk! hoaaaaammm
(foto penulis disaat galau mencari imajinasi)

When I Fall in Love

Setelah mengelilingi lilin sebanyak 15 putaran sembari menggaruk-garuk ketiak, dan berteriak hubah-hubah, akhirnya gue mendapat imanjinasi untuk menulis sebuah kisah cinta hari ini.
Entah apa yang akan terjadi jika seorang Ade menulis sebuah kisah cinta, akankah bulu hidung gue rontok akibat mengetik kisah ini, atau kuku jari gue akan lepas, kita lihat saja nanti. Baiklah dengan kekuatan jari hamil saya akan memulai kisah ini,....





Matahari yang sangat menyengat dibulan Juli, siang itu setelah mengisi perut disebuah pusat jajanan murah meriah dipinggiran kota, aku melangkah menerobos teriknya matahari yang perlahan membakar kulit. Tak perduli berapa banyak sudah keringat yang mengucur dan membasahi dahi, tubuh, dan bajuku, aku terus melangkah diriuh pikuk kota ini.
Tak perduli betapa lelahnya kakiku untuk melangkah, aku hanya ingin mencarimu Danish, kekasih hatiku.
Sudah sangat lama dia meninggalkanku sendiri, sudah cukup lelah aku menantinya tetapi dia tak kunjung datang. Terakhir kali aku melihat wajahnya adalah ketika dia tersenyum dan melambaikan tangan dari bawah jendela kamarku, dia berdiri disamping pohon tua kesayangan Ed ayahku, yang sudah lama bertengger dirumah bahkan sebelum aku lahir.
Danish, kekasih hatiku, betapa senangnya hatiku saat terakhir kali aku melihatmu. Wajah tampannya tampak pucat, dan rambut coklatnya terlihat sangat rapi, dengan sweater berbulu berwarna hitam, dan syal coklat hasil rajutanku, dia terus tersenyum melihatku yang melambaikan tangan dari jendela kamar.
Masih sangat jelas teringat suara paraunya saat dia memanggil namaku, dan menyuruhku untuk turun kebawah menemuinya. Hatiku bercampur aduk tak menentu, aku sangat senang melihat wajahnya, wajah yang selalu teduhkan hati dan jiwaku, wajah yang membuat tubuhku hangat, wajah yang selalu hadir dalam mimpiku. Tapi seketika perasaan senang itu hancur ketika kudengar bahwa dia, lelaki penyelimut hatiku akan pergi meninggalkanku sendiri. "Janet sayangku, aku akan kembali secepatnya bahkan sebelum kau membuka mata dari tidurmu, aku sudah akan berada disini dibawah pohon ini, menunggu kau bangun dari tidurmu dan melihatmu dengan pakaian tidur kesanganmu itu sayangku." Kata-kata terakhir dari bibir merahnya yang selalu teringat dibenakku. Tetapi, sudah berpuluh, beratus kali pagi datang, tetapi tak pernah kulihat Danish dibawah pohon tua itu.
Sampai akhirnya kuputuskan untuk mencarinya, mencari lelaki pengisi kekosongan hari-hariku. Danish, kuputuskan aku harus menemukanmu, aku harus melihat wajahmu, wajah yang selama ini membuat hariku berwarna. Aku haus akan pelukanmu, kekasih hatiku Danish,...



                                                         **********

Ketika aku melewati pinggiran taman kota, aku melihat dua remaja yang sedang bercanda tawa yang mengingatkanku pada kenanganku dan Danish. Aku dan Danish sudah saling mengenal sejak kecil. Dia adalah murid pindahan ketika di tingkat empat, aku masih ingat betapa kasarnya dia dulu. Banyak anak laki-laki dikelas kami yang tidak menyukainya sehingga Danish selalu ditantang untuk berkelahi, tetapi Danishku selalu menang melawan mereka. Hampir seluruh anak perempuan dikelasku menyukainya, begitu juga aku. Tapi Danish kecil tidak pernah menghiraukan mereka begitu juga aku, dia adalah seorang penyendiri. Tiga tahun satu kelas dengannya tak pernah sekalipun dia menegurku, menyadari kehadiranku pun mungkin tidak. Sampai suatu sore dibulan Desember, aku marah pada ayahku sehingga aku memanjat pohon tua didepan rumahku dan mengancam tidak kan turun sampai ayah mengantarkan aku ketempat ibu, ayah dan ibuku sudah lama berpisah, dan ibuku pergi meninggalkan kami tanpa kami tahu dimana dia berada. Ayah sangat khawatir, dan aku mengancam akan melompat jika dia menyusulku keatas. Dari atas pohon aku melihat bayangan anak laki-laki mendekati ayahku, Danish, yah itu Danish. Dia terus melihatku dari bawah, aku merasa sangat malu dan ingin turun, tapi kekesalanku pada ayah membuatku tetap berada diatas, berpura-pura tak peduli dengan kedatangannya. sepertinya menarik berada diatas sana, biarkan aku menyusulnya jangan khawatir, masuklah kedalam aku akan mengajaknya turun, aku mendengar Danish bergumam lirih kepada ayahku dari bawah sana, dan dia memanjat pohon menyusulku keatas. Aku ingat, betapa cepatnya jantungku berdetak saat itu, dia terus menatapku dan berkata "sampai kapan kau akan berada diatas sini, apa kau akan menikahi pohon ini?" pertama kalinya setelah tiga tahun Danish berbicara padaku. Aku tersendat kaget, rasanya hatiku ingin meledak. Aku hanya diam menunduk malu, dan tak berani menatap Danish apalagi menanggapi kata-katanya. "baiklah, aku hanya ingin mengingatkanmu bahwa para anak laki-laki yang melewati pohon ini akan sangat senang saat melihat keatas, karena pemandangannya lumayan bagus". Aku sama sekali tak mengerti dengan apa yang dikatakan Danish, aku masih berpura-pura tak memperdulikan kata-katanya. Lalu Danish turun dari pohon itu, mungkin dia sudah menyerah pikirku. Dia mulai berjalan menjauhi pohon itu, baru beberapa langkah dia kembali menoleh kearahku dan berkata "hey nona kelinci merah muda, sampai jumpa besok disekolah". apa?? kelinci merah muda?? aku sama sekali tak mengerti apa yang dikatakan Danish, mungkinkah dimatanya aku adalah kelinci berwarna merah muda yang sedang tersesat diatas pohon tua?? aku berpikir keras maksud kata-kata Danish dari tadi, lalu aku sadar dan berteriak kaget, kelinci merah muda adalah warna pakaian dalamku hari ini. Aku baru menyadari ternyata aku memanjat pohon itu dengan memakai rok pendek berwarna baby blue kesayanganku dan orang-orang yang melewati pohon ini jika melihat keatas maka akan melihat pakaian dalamku dengan sangat jelas, aku baru memahami ucapan Danish. Masih teringat jelas betapa malu dan merahnya wajahku hari itu.Ahhhh itu adalah bulan Desember paling menyenangkan sekaligus memalukan. Kenangan Desember dimana Danish untuk pertama kalinya menegurku setelah tiga tahun,..
Tapi herannya setelah kejadian itu, sikap Danish masih seperti biasanya, disekolah dia tetap bersikap acuh padaku. Huh Danish, kau memang pandai membuat hatiku gundah,...


                                                            **********************
bersambung...penulis nyari imajinasi dulu...

Senin, 04 Juli 2011

sepenggal tulisan IDIOT

IDIOT!! mungkin itu kata yang tepat untuk melukiskan keadaan gue saat ini!!
Gue udah gak bisa ngebedain antara kenyataan dan fatamorgana!!

Yaaahh, mungkin memang gue idiot, wanita idiot dengan kepala kosong yang berjalan gontai dikebisingan lorong-lorong waktu!!

entah sejak kapan gue berubah menjadi gadis idiot seperti ini..
yang gue inget dulu gue hanya melangkah mengikuti kata hati, tapi sekarang gue mulai tersesat dan sulit menemukan jalan untuk pulang.
Gue seperti tersesat kedalam lubang wonderland, lalu terpesona dan kagum melihat keajaiban dunia disana, sedangkan perjalanan gue terbatas oleh waktu yang terus berbunyi TIK-TOK seakan mengingatkan kalo waktu yang gue punya gak lama.
Seperti itulah perasaan gue saat ini, gue jatuh pada perasaan yang sangat menyenangkan dimana seekor kelinci manis menyelimuti jari jemari gue, tapi disatu sisi gue gak punya hak untuk senang atas hal itu, karena gue hanya punya sedikit waktu untuk menikmatinya.

Lalu sekarang gue terjebak, karena terlalu menikmati perjalanan ini, sedangkan mereka bilang langkah gue salah dan gak seharusnya gue melangkah terlalu jauh karena kalo gue melangkah lebih jauh lagi gue gak akan pernah bisa pulang. Dan kelinci yang menemani perjalanan gue ini hanya pinjaman yang harus dikembalikan.

Kalaupun perjalanan ini salah, gue bersyukur karena ini adalah pengalaman tersesat paling manis dihidup gue. Gue sangat menikmati perjalanan bersama kelinci ini.

well..gue janji suatu saat gue bakal kembaliin kelinci ini, tetapi bukan sekarang, bukan hari ini, besok, lusa, minggu depan, atau seterusnya. Gue bakal mengembalikan kelinci ini disaat dia udah memilih teman untuk menemani perjalanannya.

Gue gak perduli dengan seribu umpatan dan waktu yang terbatas, yang gue tau gue adalah gadis idiot dengan seekor kelinci manis menggenggam tangan gue!!