Rabu, 06 Juli 2011

When I Fall in Love

Setelah mengelilingi lilin sebanyak 15 putaran sembari menggaruk-garuk ketiak, dan berteriak hubah-hubah, akhirnya gue mendapat imanjinasi untuk menulis sebuah kisah cinta hari ini.
Entah apa yang akan terjadi jika seorang Ade menulis sebuah kisah cinta, akankah bulu hidung gue rontok akibat mengetik kisah ini, atau kuku jari gue akan lepas, kita lihat saja nanti. Baiklah dengan kekuatan jari hamil saya akan memulai kisah ini,....





Matahari yang sangat menyengat dibulan Juli, siang itu setelah mengisi perut disebuah pusat jajanan murah meriah dipinggiran kota, aku melangkah menerobos teriknya matahari yang perlahan membakar kulit. Tak perduli berapa banyak sudah keringat yang mengucur dan membasahi dahi, tubuh, dan bajuku, aku terus melangkah diriuh pikuk kota ini.
Tak perduli betapa lelahnya kakiku untuk melangkah, aku hanya ingin mencarimu Danish, kekasih hatiku.
Sudah sangat lama dia meninggalkanku sendiri, sudah cukup lelah aku menantinya tetapi dia tak kunjung datang. Terakhir kali aku melihat wajahnya adalah ketika dia tersenyum dan melambaikan tangan dari bawah jendela kamarku, dia berdiri disamping pohon tua kesayangan Ed ayahku, yang sudah lama bertengger dirumah bahkan sebelum aku lahir.
Danish, kekasih hatiku, betapa senangnya hatiku saat terakhir kali aku melihatmu. Wajah tampannya tampak pucat, dan rambut coklatnya terlihat sangat rapi, dengan sweater berbulu berwarna hitam, dan syal coklat hasil rajutanku, dia terus tersenyum melihatku yang melambaikan tangan dari jendela kamar.
Masih sangat jelas teringat suara paraunya saat dia memanggil namaku, dan menyuruhku untuk turun kebawah menemuinya. Hatiku bercampur aduk tak menentu, aku sangat senang melihat wajahnya, wajah yang selalu teduhkan hati dan jiwaku, wajah yang membuat tubuhku hangat, wajah yang selalu hadir dalam mimpiku. Tapi seketika perasaan senang itu hancur ketika kudengar bahwa dia, lelaki penyelimut hatiku akan pergi meninggalkanku sendiri. "Janet sayangku, aku akan kembali secepatnya bahkan sebelum kau membuka mata dari tidurmu, aku sudah akan berada disini dibawah pohon ini, menunggu kau bangun dari tidurmu dan melihatmu dengan pakaian tidur kesanganmu itu sayangku." Kata-kata terakhir dari bibir merahnya yang selalu teringat dibenakku. Tetapi, sudah berpuluh, beratus kali pagi datang, tetapi tak pernah kulihat Danish dibawah pohon tua itu.
Sampai akhirnya kuputuskan untuk mencarinya, mencari lelaki pengisi kekosongan hari-hariku. Danish, kuputuskan aku harus menemukanmu, aku harus melihat wajahmu, wajah yang selama ini membuat hariku berwarna. Aku haus akan pelukanmu, kekasih hatiku Danish,...



                                                         **********

Ketika aku melewati pinggiran taman kota, aku melihat dua remaja yang sedang bercanda tawa yang mengingatkanku pada kenanganku dan Danish. Aku dan Danish sudah saling mengenal sejak kecil. Dia adalah murid pindahan ketika di tingkat empat, aku masih ingat betapa kasarnya dia dulu. Banyak anak laki-laki dikelas kami yang tidak menyukainya sehingga Danish selalu ditantang untuk berkelahi, tetapi Danishku selalu menang melawan mereka. Hampir seluruh anak perempuan dikelasku menyukainya, begitu juga aku. Tapi Danish kecil tidak pernah menghiraukan mereka begitu juga aku, dia adalah seorang penyendiri. Tiga tahun satu kelas dengannya tak pernah sekalipun dia menegurku, menyadari kehadiranku pun mungkin tidak. Sampai suatu sore dibulan Desember, aku marah pada ayahku sehingga aku memanjat pohon tua didepan rumahku dan mengancam tidak kan turun sampai ayah mengantarkan aku ketempat ibu, ayah dan ibuku sudah lama berpisah, dan ibuku pergi meninggalkan kami tanpa kami tahu dimana dia berada. Ayah sangat khawatir, dan aku mengancam akan melompat jika dia menyusulku keatas. Dari atas pohon aku melihat bayangan anak laki-laki mendekati ayahku, Danish, yah itu Danish. Dia terus melihatku dari bawah, aku merasa sangat malu dan ingin turun, tapi kekesalanku pada ayah membuatku tetap berada diatas, berpura-pura tak peduli dengan kedatangannya. sepertinya menarik berada diatas sana, biarkan aku menyusulnya jangan khawatir, masuklah kedalam aku akan mengajaknya turun, aku mendengar Danish bergumam lirih kepada ayahku dari bawah sana, dan dia memanjat pohon menyusulku keatas. Aku ingat, betapa cepatnya jantungku berdetak saat itu, dia terus menatapku dan berkata "sampai kapan kau akan berada diatas sini, apa kau akan menikahi pohon ini?" pertama kalinya setelah tiga tahun Danish berbicara padaku. Aku tersendat kaget, rasanya hatiku ingin meledak. Aku hanya diam menunduk malu, dan tak berani menatap Danish apalagi menanggapi kata-katanya. "baiklah, aku hanya ingin mengingatkanmu bahwa para anak laki-laki yang melewati pohon ini akan sangat senang saat melihat keatas, karena pemandangannya lumayan bagus". Aku sama sekali tak mengerti dengan apa yang dikatakan Danish, aku masih berpura-pura tak memperdulikan kata-katanya. Lalu Danish turun dari pohon itu, mungkin dia sudah menyerah pikirku. Dia mulai berjalan menjauhi pohon itu, baru beberapa langkah dia kembali menoleh kearahku dan berkata "hey nona kelinci merah muda, sampai jumpa besok disekolah". apa?? kelinci merah muda?? aku sama sekali tak mengerti apa yang dikatakan Danish, mungkinkah dimatanya aku adalah kelinci berwarna merah muda yang sedang tersesat diatas pohon tua?? aku berpikir keras maksud kata-kata Danish dari tadi, lalu aku sadar dan berteriak kaget, kelinci merah muda adalah warna pakaian dalamku hari ini. Aku baru menyadari ternyata aku memanjat pohon itu dengan memakai rok pendek berwarna baby blue kesayanganku dan orang-orang yang melewati pohon ini jika melihat keatas maka akan melihat pakaian dalamku dengan sangat jelas, aku baru memahami ucapan Danish. Masih teringat jelas betapa malu dan merahnya wajahku hari itu.Ahhhh itu adalah bulan Desember paling menyenangkan sekaligus memalukan. Kenangan Desember dimana Danish untuk pertama kalinya menegurku setelah tiga tahun,..
Tapi herannya setelah kejadian itu, sikap Danish masih seperti biasanya, disekolah dia tetap bersikap acuh padaku. Huh Danish, kau memang pandai membuat hatiku gundah,...


                                                            **********************
bersambung...penulis nyari imajinasi dulu...

0 komentar :

Posting Komentar