Senin, 21 Februari 2011

Kau Kau Kau

Pagi menyambut, mentari perlahan mulai bersinar. Perlahan aku membuka mataku, dan satu hal yang kuingat, kenangan bersama kamu, kenangan yang begitu lama, kenangan yang mengukir banyak cerita.


Dulu kita pernah punya banyak cerita,
kita mengukir banyak kisah,
kita tertawa, menangis, bahagia bersama.


Kau, kau pernah buatku merasa seperti seorang putri, kau pernah berikan nafasmu untuk sejukan relung hatiku yang pernah hampa.
Kau, dulu kau adalah malaikat pelindungku, malaikat yang tak pernah mengedipkan mata sekalipun demi menjadi perisai buatku.
Kau, kau juga menjadi belati yang lukai hatiku, mencabik-cabiknya hingga menorehkan luka yang akan berbekas sampai batas akhir kontrak nafasku.

Ternyata kisahku dan kamu gak akan pernah memilik akhir yang indah.
Benci dan muak menghancurkan cerita yang pernah kita ukir.
Hatiku meraung pilu, sakit, dan perih,
saat ego merajai nafasmu.

Cukup, hanya kata itu yang mampu kuucapkan.
Kau bukanlah lentera yang menyinari lorong dijiwaku.
Kau bukanlah sayap yang akan bawaku terbang menuju pelangi.
Kau adalah belati yang selamanya akan menjadi momok dihatiku.

Takut, aku takut dengan mentari yang bersinar disetiap pagi.
Aku takut topeng apa yang akan kupakai disetiap pagi.
Aku lelah bersembunyi dibalik topeng, sedangkan hatiku meraung pilu.
Sadarkah kau, kau buatku hancur sampai berkeping-keping.
Buatku takut untuk berkelana mencari lentera lain untuku.

0 komentar :

Posting Komentar